Tentang Nabi dan Rasul

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al-Qur’an,

"... ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." [Al Ahzab (33) : 39]. 

4 sifat wajib dan 4 sifat mustahil bagi para Nabi dan Rasul
Para Nabi dan Rasul mempunyai 4 sifat wajib dan 4 sifat mustahil, yaitu :


1.Shiddiq (benar), Mustahil ia Kizib (dusta). 
Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.

Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.

 
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya." 
[An Najm(53): 3]

إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya” 

[An Najm(53): 4]

2.Amanah (dapat dipercaya), mustahil Khianat (curang). 
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW. dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.

“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf(7): 68]

Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.

Ketika Nabi Muhammad SAW. ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau menjawab:

”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karena-Nya”……

Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima.

Seorang Muslim harusnya bersikap amanah seperti Nabi.

3.Tabliqh (Menyampaikan wahyu kepada umatnya), Mustahil Kitman (menyembunyikan Wahyu).
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.


لِّيَعْلَمَ أَن قَدْ أَبْلَغُوا۟ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ شَىْءٍ عَدَدًۢا

“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin(72): 28]


“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa(80): 1-2]

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah
['Abasa(80): 1-2] turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah SAW. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah SAW.

(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)

Sebetulnya apa yang dilakukan Nabi itu menurut standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang berbicara di depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh orang lain. Namun untuk standar Nabi, itu tidak cukup. Oleh karena itulah Allah menegurnya.

Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Nabi Muhammad tetap menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat seorang Nabi.

Tidak mungkin Nabi itu Kitman atau menyembunyikan wahyu.

4.Fathonah (Pandai/cerdas), Mustahil Jahlun (Bodoh).
Fathonah artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.

Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.

Apalagi Nabi mampu mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. Negara tersebut membentang dari Spanyol dan Portugis di Barat hingga India Barat.

Itu semua membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.

Bahkan Michael H Hart yang sebetulnya membenci Muslim pun menempatkan Nabi Muhammad sebagai tokoh nomor 1 mengungguli Yesus dan tokoh-tokoh dunia lainnya karena prestasi Nabi Muhammad yang luar biasa di bukunya yang berjudul “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History“. Bukan hanya dari segi agama, tapi juga dari segi dunia.


Nabi dan Rasul adalah Laki-Laki Merdeka
Nabi dan rasul semua adalah laki laki merdeka dan bukan budak. Tidak ada seorang nabi pun dari kalangan wanita. Allah SWT. berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.”[Al-Anbiya(21): 7]

Dalam ayat yang lain, Allah SWT. berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ ۗ
Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. [Yusuf(12): 109]

Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad berkata, “Dalam ayat yang mulia ini ada keterangan bahwasanya rasul-rasul yang diutus oleh Allah SWT. itu berasal dari kalangan laki-laki, bukan perempuan. 

Sebagian manusia beranggapan bahwa Sarah istri Ibrahim, ibu Nabi Musa, dan Maryam binti Imran adalah para nabi. Mereka berdalil bahwasanya Allah SWT. memberikan kabar gembira melalui malaikat kepada Sarah akan kelahiran Ishaq. Demikian pula kabar gembira kepada Maryam akan kelahiran Isa. Mereka berdalil pula dengan firman Allah SWT. tentang ibu Nabi Musa AS.,
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Kami ilhamkan kepada ibu Musa, Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. [Al-Qashash (28): 7]

Namun, semua dalil tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah nabi. Wahyu yang dikatakan dalam kisah ibu Musa adalah ilham, sebagaimana Allah SWT. memberikan wahyu kepada lebah, yakni ilham. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang diyakini Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan ini pula yang dinukilkan oleh asy-Syaikh Abul Hasan ‘Ali bin Isma’il al-Asy’ari, tidak ada seorang nabi pun dari kaum wanita. Yang ada adalah shiddiqah (derajat tertinggi di bawah nabi dan rasul, -pen.). Allah SWT. mengabarkan tentang Maryam binti Imran dalam firman-Nya,
مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ
Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang shiddiqah (yang sangat benar), keduanya biasa memakan makanan. [Al-Maidah(5): 75](Tafsir Ibnu Katsir)

Definisi Nabi dan Rasul

Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba نبأ و أنبأ . yang berarti أخبر (mengabarkan). Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal  رسلا yang bermakna membimbing atau memberi arahan.

5 Perbedaan Antara Nabi dan Rasul
Para ulama menyebutkan banyak perbedaan antara nabi dan rasul, tapi di sini kami hanya akan menyebutkan sebagian di antaranya:
 

1. Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian
Karena tidak mungkin seorang itu menjadi rasul kecuali setelah menjadi nabi. Oleh karena itulah, para ulama menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi nabi dengan 5 ayat pertama dari surah Al-‘Alaq dan diangkat menjadi rasul dengan dengan 7 ayat pertama dari surah Al-Mudatstsir. Telah berlalu keterangan bahwa setiap rasul adalah nabi, tidak sebaliknya.

Imam As-Saffariny rahimahullah berkata, “Rasul lebih utama daripada nabi berdasarkan ijma’, karena rasul diistimewakan dengan risalah, yang mana (jenjang) ini lebih ringgi daripada jenjang kenabian”. (Lawami’ Al-Anwar: 1/50)
Al-Hafizh Ibnu Katsir juga menyatakan dalam Tafsirnya (3/47), “Tidak ada perbedaan (di kalangan ulama) bahwasanya para rasul lebih utama daripada seluruh nabi dan bahwa ulul ‘azmi merupakan yang paling utama di antara mereka (para rasul)”.



2. Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.
Allah ’Azza wa Jalla menyatakan bahwa yang didustakan oleh manusia adalah para rasul dan bukan para nabi, 

di dalam firman-Nya: 
 ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوه
ُ
“Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya”. [Al-Mu`minun(23) : 44]

Dan dalam surah [Asy-Syu’ara`(26) : ayat 105], Allah menyatakan:

  كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ  “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul”.
 

Allah tidak mengatakan “Kaum Nuh telah mendustakan para nabi”, karena para nabi hanya diutus kepada kaum yang sudah beriman dan membenarkan rasul sebelumnya. 
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi SAW:  
كَانَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ

“Dulu bani Isra`il diurus(dipimpin) oleh banyak nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, maka digantikan oleh nabi setelahnya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
 
3. Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru. 

Allah SWT menyatakan: لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا  
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang”. [Al-Ma`idah(5) : 48]
 

Allah mengabarkan tentang ‘Isa bahwa risalahnya berbeda dari risalah sebelumnya di dalam firman-Nya:

وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ  

“Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu diharamkan untuk kalian”. [QS. Ali ‘Imran (30): 50]
 

Nabi Muhammad SAW. menyebutkan perkara yang dihalalkan untuk umat beliau, yang mana perkara ini telah diharamkan atas umat-umat sebelum beliau:

وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمَ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا

 “Dihalalkan untukku ghonimah dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid (tempat sholat) dan alat bersuci (tayammum)”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir)
 

Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at baru, akan tetapi hanya menjalankan syari’at rasul sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada nabi-nabi Bani Isra`il, kebanyakan mereka menjalankan syari’at Nabi Musa AS.
 
4. Rasul pertama adalah Nuh AS, sedangkan nabi yang pertama adalah Adam AS.
Allah ’Azza wa Jalla menyatakan:

 إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya”. [An-Nisa`(4) : 163]
 

Dan Nabi Adam berkata kepada manusia ketika mereka meminta syafa’at kepada beliau di padang mahsyar:
وَلَكِنِ ائْتُوْا نُوْحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُوْلٍ بَعَثَهُ اللهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ

“Akan tetapi kalian datangilah Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
 

Jarak waktu antara Adam dan Nuh adalah 10 abad sebagaimana dalam hadits shohih yang diriwayatkah oleh Ibnu Hibban (14/69), Al-Hakim (2/262), dan Ath-Thobarony (8/140).
 
5. Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. 
Adapun nabi, ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya, sebagaimana yang Allah nyatakan dalam surah [Al-Baqarah(2) : 91] فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian orang-orang yang beriman?”.
 

Juga dalam firman-Nya: وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ  
“Mereka membunuh para nabi tanpa haq”. [Al-Baqarah (2): 61]
Allah menyebutkan dalam surah-surah yang lain bahwa yang terbunuh adalah nabi, bukan rasul.


Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul ?

Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul, keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya [Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya].

  1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” [Asy-Syu’araa (26) : 105]. Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
  2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
  3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
  4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65) 
Buah Mengimani Nabi dan Rasul
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. membuahkan berbagai faedah yang agung, di antaranya:
1. Bertambahnya keimanan kepada Allah SWT. dan cinta kepada-Nya ketika menyaksikan betapa besar kasih sayang Allah SWT. kepada para hamba-Nya.
Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk membimbing manusia menuju kebahagiaan dua negeri: dunia dan akhirat. Allah SWT. tidak membiarkan manusia hidup sia-sia dan terbengkalai.

2. Dengan beriman kepada rasul, seseorang akan menyaksikan betapa agungnya hikmah Allah Subhanahu wata’ala.
Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkan syariat berupa perintah, larangan, atau hukum yang sesuai dengan keadaan setiap umat.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ
Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. [Ibrahim (14) : 4]
 
3. Iman kepada para rasul mendorong setiap insan untuk sering memuji Allah SWT. dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat-Nya yang sangat agung.

4. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. adalah sebab yang mengantarkan seseorang ke dalam jannah, karena Allah SWT. akan mengumpulkan seseorang bersama yang dicintainya.
Seandainya seseorang jujur dalam mencintai para nabi dan rasul, sungguh Allah SWT. akan kumpulkan bersama mereka. Dalam hadits, Rasul SAW. bersabda,

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan bersama dengan yang dicintainya.”

Jumlah Nabi dan Rasul
Bagi seorang muslim wajib mengetahui 25 Nabi dan Rasul karena ke-25 itu disebutkan di dalam Al Qur’an, namun jumlah Nabi tidak hanya 25 melainkan 124.000 Nabi, jumlah Rasul juga tidak hanya 25 tapi sebanyak 313 ada juga yang meriwayatkan 315. Kita sering mendengar atau mendapatkan kisah selain 25 Nabi dan Rasul itu, seperti Nabi Syits AS. putra Nabi Adam AS., Nabi Khidir AS. seorang guru Nabi Musa AS, Nabi Samuel AS. yang mengkabarkan kedatangan pemimpin Bani Israel yaitu Thalut untuk melawan Jalut, Nabi Uzair AS. yang dimatikan selama 100 tahun kemudian dihidupkan lagi oleh ALLAH SWT, dan Nabi-Nabi yang lain.

Dari Abu Dzar ra., beliau pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. : 
“Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab:

ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا
Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al-Misykah 5737).
Dalam riwayat lain ditegaskan: “315 orang.”
Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : 
“Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al-Misykah).
Allahu a’lam

Kita diwajibkan mengetahui 25 Nabi dan Rasul karena nama-namanya disebutkan dalam Al Qur’an yang artinya dalam kisah mereka penuh hikmah yang seharusnya seorang muslim mengetahuinya untuk pengajaran. Walaupun begitu, mengetahui kisah Nabi dan rasul yang lain adalah baik agar nampak kebesaran Tuhan dalam membimbing hamba-hambaNya. Nabi dan rasul adalah cahaya ilahi penerang kegelapan bagi hambaNya di dunia ini.

Nama – nama 313 Nabi :
klik tombol show untuk melihat
Nama Nabi/RasulNama Nabi/RasulNama Nabi/Rasul
1. Adam As. (1)106. Imshon As.211. Asyh As.
2. Tsits As.107. Kabiir As.212. Harooban As.
3. Anuwsy As.108. Saabath As.213. Jaabuk As.
4. Qiynaaq As.109. Ibaad As214. Aabuj As.
5. Mahyaa’iyl As.110. Basylakh As.215. Miynats As..
6. Akhnuwkh As.111. Rihaan As.216. Qoonukh As.
7. Idris As.(2)112. Imdan As.217. Dirbaan As..
8. Mutawatsilakh As.113. Mirqoon As.218. Shokhim As..
9. Nuh As.(3)114. Hanaan As.219. Haaridh As..
10. Hud As.(4)115. Lawhaan As.220. Haarodh As.
11. Abhaf As.116. Walum As.221. Harqiil As.
12. Murdaaziyman As.117. Ba’yul As.222. Nu’man As.
13. Tsari’ As.118. Bishosh As223. Azmiil As.
14. Sholeh As.(5)119. Hibaan As224. Murohhim As.
15. Arfakhtsyad As.120. Afliq As.225. Midaas As.
16. Shofwaan As.121. Qoozim As.226. Yanuuh As.
17. Handholah As.122. Ludhoyr As.227. Yunus As.
18. Luth As.(6)123. Wariisa As.228. Saasaan As.
19. Ishoon As.124. Midh’as As.229. Furyum As.
20. Ibrahim As.(7)125. Hudzamah As.230. Farbusy As.
21. Isma’il As.(8)126. Syarwahil As.231. Shohib As.
22. Ishaq As.(9)127. Ma’n’il As.232. Ruknu As.
23. Ya’qub As.(10)128. Mudrik As233. Aamir As.
24. Yusuf As.(11)129. Hariim As.234. Sahnaq As.
25. Tsama’il As.130. Baarigh As.235. Zakhun As.
26. Su’aib As.(12)131. Harmiil As.236. Hiinyam As.
27. Musa As.(13)132. Jaabadz As.237. Iyaab As.
28. Luthoon As.133. Dzarqon As.238. Shibah As.
29. Ya’wa As.134. Ushfun As.239. Arofun As.
30. Harun As.(14)135. Barjaaj As..240. Mikhlad As.
31. Kaylun As.136. Naawi As.241. Marhum As.
32. Yusya’ As.137. Hazruyiin As.242. Shonid As.
33. Daaniyaal As.138. Isybiil As.243. Gholib As.
34. Bunasy As.139. Ithoof As.244. Abdullah As.
35. Balyaa As.140. Mahiil As.245. Adruzin As.
36. Armiyaa As.141. Zanjiil As.246. Idasaan As.
37. Yunus As.(15)142. Tsamithon As.247. Zahron As.
38. Ilyas As.(16)143. Alqowm As.248. Bayi’ As.
39. Sulaiman As.(17)144. Hawbalad As.249. Nudzoyr As.
40. Daud As.(18)145. Solih As.250. Hawziban As.
41. Ilyasa’ As.(19)146. Saanukh As.251. Kaayiwuasyim As
42. Ayub As.(20)147. Raamiil As.252. Fatwan As.
43. Aus As.148. Zaamiil As.253. Aabun As.
44. Dzanin As.149. Qoosim As.254. Rabakh As.
45. Alhami’ As.150. Baayil As.255. Shoobih As.
46. Tsabits As.151. Yaazil As.256. Musalun As.
47. Ghobir As.152. Kablaan As.257. Hijaan As.
48. Hamilan As.153. Baatir As.258. Rawbal As.
49. Dzulkifli As.(21)154. Haajim As.259. Rabuun As.
50. Uzair As.155. Jaawih As.260. Mu’iilan As.
51. Azkolan As.156. Jaamir As.261. Saabi’an As.
52. Izan As.157. Haajin As.262. Arjiil As.
53. Alwun As.158. Raasil As.263. Bayaghiin As.
54. Zayin As.159. Waasim As.264. Mutadhih As.
55. Aazim As.160. Raadan As.265. Rahiin As.
56. Harbad As.161. Saadim As.266. Mihros As.
57. Syadzun As.162. Syu’tsan As.267. Saahin As.
58. Sa’ad As.163. Jaazaan As.268. Hirfaan As.
59. Gholib As.164. Shoohid As.269. Mahmuun As.
60. Syamaas As.165. Shohban As.270. Hawdhoon As.
61. Syam’un As.166. Kalwan As.271. Alba’uts As.
62. Fiyaadh As.167. Shoo’id As.272. Wa’id As.
63. Qidhon As.168. Ghifron As.273. Rahbul As.
64. Saarom As.169. Ghooyir As.274. Biyghon As.
65. Ghinadh As.170. Lahuun As.275. Batiihun As.
66. Saanim As.171. Baldakh As.276. Hathobaan As.
67. Ardhun As.172. Haydaan As.277. Aamil As.
68. Babuzir As.173. Lawii As.278. Zahirom As.
69. Kazkol As.174. Habro’a As.279. Iysaa As.
70. Baasil As.175. Naashii As.280. Shobiyh As.
71. Baasan As.176. Haafik As.281. Yathbu’ As.
72. Lakhin As.177. Khoofikh As.282. Jaarih As.
73. Ilshots As.178. Kaashikh As.283. Shohiyb As.
74. Rasugh As.179. Laafats As.284. Shihats As.
75. Rusy’in As.180. Naayim As.285. Kalamaan As.
76. Alamun As.181. Haasyim As.286. Bawumii As.
77. Lawqhun As.182. Hajaam As.287. Syumyawun As.
78. Barsuwa As.183. Miyzad As.288. Arodhun As.
79. Al-‘Adzim As.184. Isyamaan As.289. Hawkhor As.
80. Ratsaad As.185. Rahiilan As.290. Yaliyq As.
81. Syarib As.186. Lathif As.291. Bari’ As.
82. Habil As.187. Barthofun As.292. Aa’iil As.
83. Mublan As.188. A’ban As.293. Kan’aan As.
84. Imron As.189. Awroidh As.294. Hifdun As.
85. Harib As.190. Muhmuthshir As.295. Hismaan As.
86. Jurits As.191. Aaniin As.296. Yasma’ As.
87. Tsima’ As.192. Namakh As.297. Arifur As.
88. Dhorikh As.193. Hunudwal As.298. Aromin As.
89. Sifaan As.194. Mibshol As.299. Fadh’an As.
90. Qubayl As.195. Mudh’ataam As.300. Fadhhan As.
91. Dhofdho As.196. Thomil As.301. Shoqhoon As.
92. Ishoon As.197. Thoobikh As.302. Syam’un As.
93. Ishof As.198. Muhmam As.303. Rishosh As.
94. Shodif As.199. Hajrom As.304. Aqlibuun As.
95. Barwa’ As.200. Adawan As.305. Saakhim As.
96. Haashiim As.201. Munbidz As.306. Khoo’iil As.
97. Hiyaan As.202. Baarun As.307. Ikhyaal As.
98. Aashim As.203. Raawan As.308. Hiyaaj As.
99. Wijaan As.204. Mu’biin As.309. Zakariya As. (22)
100. Mishda’ As.205. Muzaahiim As.310. Yahya As. (23)
101. Aaris As.206. Yaniidz As.311. Jurhas As.
102. Syarhabil As.207. Lamii As.312. Isa As. (24)
103. Harbiil As.208. Firdaan As.313. Muhammad Saw.(25)
104. Hazqiil As.209. Jaabir As.
105. Asymu’il As.210. Saalum As.

Nama Nabi/Rasul yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an adalah 25, adalah sbb :

No Nama Nabi dan Rasul Tempat Kerasulan
1 Adam a.s. di negeri Arab (Mekah)
2 Idris a.s. di negeri Irak
3 Nuh a.s. di negeri Irak
4 Hud a.s. di negeri Arab (Yaman)
5 Salih a.s. di negeri Arab (Hijaz)
6 Ibrahim a.s. di negeri Palestina dan Mekah
7 Ismail a.s. di negeri Mekah
8 Luth a.s. di negeri Arab (Sodom Mesopotamia)
9 Ishaq a.s. di negeri Palestina
10 Ya’kub a.s. di negeri Mesir
11 Yusuf a.s. di negeri Mesir
12 Syu’aib a.s. di negeri Palestina
13 Ayub a.s. di negeri Mesir
14 Zulkifli a.s. di negeri Palestina
15 Musa a.s. di negeri Mesir, Madyan / Israil
16 Harun a.s. di negeri Mesir, Madyan / Israil
17 Dawud a.s. di negeri Meir / Israil
18 Sulaiman a.s. di negeri Israil
19 Ilyas a. s. di negeri Israil
20 Ilyasa’ a.s. di negeri Israil
21 Yunus a.s. di negeri Babilonia
22 Zakaria a.s. di negeri Israil
23 Yahya a.s. di negeri Israil
24 Isa a.s. di negeri Israil
25 Muhammad saw. di negeri Mekah

Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.

Dalam Islam terdapat 4 orang rasul yang wajib kita ketahui, yang menerima kitab, yaitu  :
1. Musa AS. (Kitab Suci Taurat)
2. Daud AS. (Kitab Suci Zabur)
3. Isa AS. (Kitab Suci Injil)
4. Muhammad SAW. (Kitab Suci Al-Qur'an)


 
Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi adalah suatu kesalahan yang banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada Rasulullah SAW. ketika telah wafat, menyebut Nabi Muhammad SAW. cahaya di atas cahaya (sebagaimana kita dapat temui dalam sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu merupakan hak milik Allah ta’ala semata. Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan dari manusia biasa lainnya, namun mereka tidak berhak disembah ataupun diagungkan seperti pengagungan pada Allah SWT. Mereka dapat dimintai pertolongan dan berkah ketika masih hidup namun tidak ketika telah wafat.

Di antara dalil-dalil yang digunakan sebagian kalangan dalam menolak tawassul dengan Nabi SAW. dan orang-orang sholih yang telah wafat adalah karena menurut mereka orang mati itu tidak dapat mendengar. Lalu buat apa ber-tawassul dengan orang-orang yang telah mati, bukankah itu sama saja dengan menyembah kuburan? Lalu mereka menyebutkan Firman Allah SWT :

وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ إِنَّ اللهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Dan tidak (pula) sama orang yang masih hidup dengan orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang Dia kehendaki, dan engkau (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.”  (QS, Faathir : 22)

إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling kebelakang. (QS, An Naml : 80)

Wallahu A'lam Bishawab

dikutip : dari berbagai sumber
Related Post
older posts newer posts back home